December 23, 2013

BIOGRAFI TOKOH (tugas 4) : Perkecimpungan Basuki Tjahaja Purnama dalam bidang politik demi kesejahteraan rakyat Indonesia

Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM dengan nama  Tionghoa yaitu Zhōng Wànxié / 万勰. Beliau lahir di Belitung Timur, 29 Juni 1966. Ia anak dari pasangan Alm. Bapak Indra Tjahaja Purnama dan Ibu Buniarti Ningsih. Ia memiliki 3 orang saudara kandung, antara lain Basuri T Purnamayang kini berprofesi sebagai dokter dan bupati Belitung Timur, kemudian Fifi Lety yang berprofesi sebagai praktisi hokum, dan Harry Basuki yang berprofesi sebagai konsultan pariwisata dan perhotelan. Keluarganya adalah keturunan Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia). Masa kecil Basuki lebih banyak dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, hingga selesai menamatkan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama. Setamat dari sekolah menengah pertama, ia melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Sekalipun demikian, ia selalu berlibur ke kampung halaman. Dahulu beliau pernah menuntut ilmu di SD Negeri No 3 Gantung lulusan tahun 1977, SMP Negeri No 1 Gantung lulusan tahun 1981, SMA III PSKD Jakarta lulusan tahun 1984, S1 di Universitas Trisakti dengan Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral lulus pada tahun 1989, dan S2 di Universitas Prasetya Mulya dengan Jurusan Manajemen Keuangan lulus pada tahun 1993.
Beliau memiliki istri bernama Veronika dan dikaruniai 3 orang anak yang bernama Nicholas berumur 14 tahun saat ini, Nathania 11 tahun, dan Daud Albeenner berumur 6 tahun. Beliau kini lebih dikenal dengan sebutan “Ahok” yang menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 mendampingi Pak Joko Widodo. Setelah membawa gelar insinyur, pada tahun 1989 Ahok mendirikan PT. Panda di Belitung Timur yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT. Timah. Ia juga pernah mendirikan PT Nurindra Eka Persada pada tahun 1992 yaitu persiapan pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsi pertama di Belitung. Rencana ini direalisasikan pada tahun 1994. Pembangunan tersebut  juga menjadi cikal bakal pengembangan Kawasan Industri Air Kelik (Kiak). Kemudian beliau juga pernah bekerja pada PT Simaxindo Primadaya di Jakarta setelah membawa gelar magister keuangan pada tahun 1993 s.d. 1995. Perusahaan ini bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik. Ahok mendapat posisi staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek. Ia di Jakarta hingga 1995 sebelum memutuskan kembali ke kampung halaman untuk kembali mengurusi perusahaannya. Beliau juga pernah menjabat sebagai  Bupati Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung periode 2000-2010. Hingga  menjadi anggota Komisi II DPR Periode 2009-2014 dari Partai Golkar, kemudian mengundurkan diri pada tahun 2012 setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta. Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat (paham Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik sejak tahun 2003. Kesuksesannya di Belitung Timur tercermin dalam pemilihan Gubernur Babel ketika 63 persen pemilih di Belitung Timur memilih Ahok. Namun sayang, karena banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara, ia gagal menjadi Gubernur Bangka Belitung.
Ahok pernah dinobatkan sebagai Tokoh Antikorupsi dari unsur penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, Kadin-Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara-Masyarakat Transparansi Indonesia pada tanggal 1 Februari 2007 karena dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah, antara lain dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur, dinobatkan sebagai 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia oleh Majalah Tempo pada tahun 2008 dan mendapatkan Anugerah Seputar Indonesia (ASI) 2013 memberikan beliau gelar Tokoh Kontroversial.
Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Baginya, di alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup. Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik. Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin yang bersih, transparan, dan profesional.



 

No comments:

Post a Comment