Pada
hari Rabu itu SBMPTN pun telah selesai. Semua peserta berhamburan keluar untuk
pulang ke rumah masing- masing atau pergi bersama teman- teman mereka.
Sedangkan aku memilih untuk pergi makan siang bersama dua sahabatku yang setia
menemani yaitu Bekti dan Fajar. Kemudian kami memilih untuk makan siang di McD
Ramayana Ciledug. Saat di tengah makan siang Wansin atau pacarnya Bekti datang
menghampiri kami untuk ikut bergabung. Kami berbincang- bincang membicarakan segala
problema hingga salah satu dari kami mencetuskan untuk berlibur ke pantai.
Wajah kami semua yang tadinya lesu, lemas, letih, dan lunglai akibat dari
SBMPTN berubah 270 derajat menjadi bersemangat. Setelah kami pikir masak-masak
ide tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk berlibur ke Pulau Untung Jawa pada
hari Sabtunya.
Pagi
itu kami sepakat untuk berangkat pukul 7 pagi untuk menghidari kemacetan kota
Tangerang. Namun, terjadi beberapa masalah dimulai dari Fajar yang telat
bangun, Aku telat ke rumah Bekti, Fajar lelet dan disuruh beli bubur aya dulu
untuk Bapaknya yang sedang sakit, hingga kami bersinggungan di jalan yang pada
saat itu Fajar ke rumah Bekti tapi aku, Bekti dan Wansin malah ke rumah Fajar.
Setelah Fajar kami telepon akhirnya ia muncul, kemudian kami berangkat pukul 9
pagi.
Saat di
perjalanan kami bertemu dengan beberapa siswa Akmil, kemudian Fajar ingin
berfoto dengan mereka namun niat itu di urungkan mengingat siswa Akmil itu
sedang latihan dan ada mentornya yang memantau mereka dari kejauhan. Sampailah
kami di Tanjung Pasir sekitar pukul 1 siang. Kami masuk Tanjung Pasir dengan
membayar parkiran sebesar Rp 10.000,- per motor. Ketika kami sedang menaruh
helm di motor, tiba- tiba para nelayan menghampiri kami untuk menawari jasa
perahunya yang saat itu akan berangkat. Beliau memasang tarif sebesar Rp
20.000,- per orang dan dibayar setelah kami ingin pulang.
Aku dan
Bekti duduk berdampingan, sedangkan Wansin dan Fajar duduk di depanku. Aku dan
Bekti terus mengobrol untuk mencairkan suasana supaya kami berdua tidak mabuk
laut. Akhirnya, kami tiba juga di Pulau Untung Jawa. Kemudian Fajar berpesan
kepada nelayannya bahwa nanti kami pulang dengan kloter terakhir yaitu jam 5
sore. Sesampai disana kami langsung mencari musholla untuk menunaikan ibadah
solat Zuhur. Kami berjalan menyusuri pinggir pantai hingga akhirnya menemukan
sebuah musholla berada dekat di sebelah Kelurahan Kepulauan Seribu.
Setelah
solat Zuhur, kami melanjutkan perjalanan menyusuri pinggir pantai untuk mencari
tempat berteduh yang bersih dan airnya tidak keruh. Akhirnya kami menemukan
sebuah penyewaan balai dan akhirnya kami memutuskan untuk berteduh disitu
dengan membayar sewa sebesar Rp 10.000,- per hari. Kami langsung menaruh tas,
berganti baju, dan menyerbu sejuk nan indahnya pemandangan serta air laut di
siang hari. Rasanya semua permasalahan kami hilang begitu saja dan kami
melupakan segala kegagalan yang terjadi saat SBMPTN. Kami berenang hingga
menemukan berbagai macam karang laut. Disana juga tersedia penyewaan ban renang
atau pelampung seharga Rp 25.000,- per pelampung dan ada banana boat juga. Kami
terus bermain air dan berfoto- foto hingga kami kelaparan. Untung disana banyak
penjual makan dan dekat dengan kamar bilas sehingga tidak mebuang- buang waktu.
Untuk sekali bilas kami harus membayar Rp 5.000,- dan untuk membuang air kecil
cukup membayar Rp 2.000,-.
Waktu
menunjukkan pukul 4 sore, kami bergegas pergi meninggalkan balai tersebut
karena air laut sudah mulai pasang dan membawa bermacam- macam sampah di laut.
Kami memutuskan untuk kembali ke tempat awal kita sampai di Pulau Untung Jawa,
namun setalah mendekati tempat tersebut waktu belum menunjukkan pukul 5 sore
sesuai dengan perjanjian kami ke nelayan. Lalu kami kembali dan terus menyusuri
pinggir pantai hingga menemukan sebuah hutan Bakau yang masih asri dan sejuk
sekali udaranya. Disana kami berfoto- foto dan bermain dengan beberapa kepiting
kecil dan keong- keong kecil. Disana juga terdapat penangkaran burung Wallet
yang tidak boleh diburu dan dilindungi Negara. Di dekat hutan tersebut, kami
tergiur akan berbagai macam souvenirnya namun karena uang kami terbatas maka
kami mengurungkan niat tersebut.
Kemudian
kami kembali ke tempat awal datang dan menaiki perahu untuk pulang ke Tanjung
Pasir dan pulang ke rumah. Air laut mulai pasang dan ombak laut meninggi
sehingga kami merasa sedang naik kora- kora di Dufan. Kami terus berdoa supaya
tidak terjadi apa- apa di perahu ini. Dan akhirnya kami sampai di Tanjung
Pasir. Sebelum ke parkiran, kami berfoto- foto dulu dan tak disangka disana
bertemu dengan Faisal yaitu teman kami saat di SMP dulu. Dia ternyata juga ke
Pulau Untung Jawa bersama teman- temannya.
Sore hari makin meninggi, kami
memutuskan untuk pulang ke rumah. Di perjalanan kami melihati kanan kiri jalan
yang penuh dengan sawah dan lampu- lampu gedung terihat seperti bukit bintang.
Sebelum sampai di rumah, kami berhenti sejenak di sebuah tempat makan pinggir
jalan untuk makan malam bersama dan setelah itu meneruskan perjalanan ke rumah
masing- masing. Hari itu bagi kami merupakan hari terindah tak akan terlupakan
dan kami semua bisa melepas lelah dari pikiran ini.
No comments:
Post a Comment